Mendidik anak adalah tanggung jawab besar yang diamanahkan Allah SWT kepada setiap orang tua. Dalam Islam, pendidikan anak bukan sekadar soal akademik, tetapi mencakup pembentukan akidah, akhlak, dan kepribadian yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Tantangannya kian besar di era modern, di mana anak-anak dihadapkan pada pengaruh teknologi, gaya hidup instan, serta pergeseran nilai moral. Oleh karena itu, penting bagi orang tua memahami cara mendidik anak secara Islami agar tumbuh menjadi generasi beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
1. Dasar Mendidik Anak Menurut Islam
Islam memberikan panduan lengkap tentang pendidikan anak sejak dini. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa lingkungan keluarga berperan penting dalam membentuk karakter anak. Pendidikan Islami harus dimulai sejak dini — bahkan sejak sebelum anak lahir — dengan memilih pasangan yang saleh dan memohon keberkahan dari Allah SWT.
Pendidikan Islami bertujuan membentuk insan yang beriman, berakhlak baik, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga, serta masyarakat. Prinsip utamanya adalah menanamkan tauhid, mengajarkan ibadah, dan membiasakan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tahapan Pendidikan Anak Secara Islami
Pendidikan dalam Islam berjalan seiring dengan tumbuh kembang anak. Setiap tahap usia membutuhkan pendekatan yang berbeda:
a. Usia 0–7 Tahun: Fase Kasih Sayang dan Keteladanan
Pada masa ini, anak belajar lebih banyak dari apa yang ia lihat dan rasakan. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi teladan dalam perilaku sehari-hari. Tunjukkan kasih sayang, gunakan bahasa lembut, dan ajak anak mengenal Allah melalui doa dan zikir sederhana.
Contoh praktik:
-
Mengajarkan ucapan “Bismillah” sebelum makan.
-
Mengajak salat berjamaah tanpa paksaan.
-
Membacakan kisah nabi atau sahabat setiap malam.
b. Usia 7–14 Tahun: Fase Pembentukan Disiplin dan Tanggung Jawab
Rasulullah SAW bersabda:
“Perintahkan anak-anakmu melaksanakan salat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka (dengan lembut) jika tidak melaksanakannya pada usia sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud)
Di fase ini, anak mulai diajarkan disiplin dan tanggung jawab. Ajarkan makna ibadah, sopan santun terhadap orang tua dan guru, serta pentingnya menjaga waktu. Orang tua bisa mengajarkan tanggung jawab melalui tugas rumah, mengatur jadwal belajar, dan memberikan penghargaan atas perilaku baik.
c. Usia 14 Tahun ke Atas: Fase Pendewasaan dan Dialog
Pada masa remaja, anak mulai berpikir kritis dan mencari jati diri. Islam mengajarkan untuk mendidik dengan musyawarah dan kasih sayang. Dengarkan pendapat anak, arahkan dengan nasihat lembut, dan jadilah teman diskusi yang bijak.
3. Nilai-Nilai Utama dalam Pendidikan Islami
Agar pendidikan anak berjalan sesuai ajaran Islam, orang tua perlu menanamkan nilai-nilai pokok berikut:
a. Tauhid sebagai Pondasi Hidup
Segala aspek pendidikan harus berlandaskan keyakinan kepada Allah SWT. Anak perlu memahami bahwa setiap perbuatan dilihat oleh Allah, dan segala urusan bergantung kepada-Nya.
b. Akhlak Mulia
Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak. Ajarkan kejujuran, rendah hati, sopan santun, dan tanggung jawab sejak dini. Jadikan rumah sebagai “sekolah akhlak” yang membiasakan anak berbuat baik.
c. Ilmu dan Amal
Islam menempatkan ilmu sebagai cahaya kehidupan. Tanamkan semangat belajar dan rasa ingin tahu, sambil menekankan bahwa ilmu harus diamalkan untuk kemaslahatan, bukan untuk kesombongan.
d. Kedisiplinan dan Amanah
Biasakan anak untuk tepat waktu, menepati janji, serta menjaga amanah. Nilai-nilai ini akan membentuk karakter pekerja keras dan jujur saat dewasa.
4. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Secara Islami
Peran orang tua tidak tergantikan dalam pendidikan anak. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan antara lain:
-
Memberi teladan nyata. Anak belajar dari apa yang ia lihat. Jika orang tua menjaga salat, jujur, dan sopan, anak akan menirunya.
-
Menciptakan lingkungan Islami di rumah. Putar lantunan Al-Qur’an, pajang kaligrafi, dan jadikan rumah tempat yang penuh kedamaian.
-
Mengontrol penggunaan teknologi. Arahkan anak untuk memanfaatkan internet dan media sosial secara positif, misalnya menonton kajian islami atau video edukatif.
-
Memberikan pendidikan agama formal dan nonformal. Sekolah Islam, TPQ, atau kegiatan kajian keluarga dapat memperkuat dasar keimanan anak.
-
Mendoakan anak secara rutin. Doa orang tua adalah senjata paling kuat untuk anak. Rasulullah SAW bersabda bahwa doa orang tua untuk anak tidak tertolak oleh Allah SWT.
5. Tantangan Mendidik Anak Islami di Era Modern
Di era digital, anak-anak mudah terpapar informasi negatif dan budaya yang tidak sesuai nilai Islam. Tantangan ini menuntut orang tua untuk lebih aktif dan adaptif.
Beberapa strategi yang bisa diterapkan:
-
Gunakan pendekatan dialogis. Ajak anak berdiskusi, bukan hanya memberi perintah.
-
Kembangkan kecerdasan spiritual dan emosional. Ajarkan anak mengelola emosi sesuai ajaran Islam.
-
Perkuat komunitas Islami. Ajak anak bergabung dalam kegiatan positif seperti kajian remaja masjid, pesantren kilat, atau bakti sosial.
6. Kesimpulan: Membangun Generasi Qurani
Mendidik anak secara Islami bukanlah tugas sesaat, melainkan perjalanan seumur hidup. Orang tua harus konsisten memberikan teladan, menanamkan nilai-nilai agama, serta mendoakan anak agar menjadi generasi Qurani yang tangguh menghadapi zaman.
Dengan pendidikan Islami yang seimbang antara ilmu, iman, dan akhlak, insyaallah anak-anak akan tumbuh menjadi penerus bangsa yang berkarakter kuat dan membawa keberkahan bagi keluarga serta masyarakat.
Kutipan Penutup
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya.” (QS. An-Nisa: 9)


