Mengenal Beton Berpori, Apa Sih Kekurangannya ?

Beton berpori atau pervious concrete semakin populer dalam dunia konstruksi modern. Jenis beton ini memiliki pori-pori terbuka yang memungkinkan air meresap langsung ke tanah, sehingga sangat ramah lingkungan dan membantu mengurangi genangan. Karena keunggulannya, beton berpori banyak diaplikasikan pada area parkir, trotoar, jalan lingkungan, hingga halaman rumah.

Namun, meski memiliki banyak kelebihan, beton berpori juga menyimpan sejumlah kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum digunakan. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam berbagai kekurangan beton berpori agar Anda bisa lebih bijak dalam memilih material konstruksi.

1. Kekuatan Tekan yang Lebih Rendah

Dibandingkan dengan beton konvensional, beton berpori memiliki kekuatan tekan yang relatif lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh struktur berongga yang memang dirancang untuk menciptakan jalur resapan air. Karena itu, beton berpori kurang cocok digunakan pada area yang sering dilalui kendaraan berat atau jalan raya dengan intensitas lalu lintas tinggi.

2. Rentan terhadap Kerusakan Permukaan

Pori-pori yang terbuka membuat beton berpori lebih rentan mengalami kerusakan permukaan seperti retak atau pengikisan. Faktor cuaca ekstrem, perubahan suhu, serta gesekan dari kendaraan bisa mempercepat kerusakan ini. Jika tidak dilakukan perawatan rutin, umur pakai beton berpori bisa lebih singkat dibanding beton biasa.

3. Biaya Perawatan Relatif Tinggi

Beton berpori memerlukan perawatan khusus agar pori-porinya tidak tersumbat oleh debu, tanah, atau material organik seperti dedaunan. Penyumbatan ini dapat mengurangi efektivitas fungsi resapan air. Perawatan biasanya dilakukan dengan penyemprotan bertekanan tinggi atau pembersihan mekanis secara berkala, yang tentu menambah biaya perawatan.

4. Tidak Tahan terhadap Lingkungan Bersalju atau Bersuhu Ekstrem

Di negara dengan musim dingin bersalju, beton berpori kurang direkomendasikan. Air yang masuk ke dalam pori bisa membeku, menyebabkan beton retak akibat tekanan es. Meskipun di Indonesia kondisi ini jarang terjadi, namun suhu ekstrem tetap bisa memengaruhi daya tahan beton berpori, terutama pada wilayah dengan kelembaban tinggi atau perubahan suhu drastis.

5. Proses Pengerjaan Membutuhkan Keahlian Khusus

Tidak semua tukang atau kontraktor familiar dengan teknik pengerjaan beton berpori. Proses pencampuran, pemadatan, dan pengeringan harus dilakukan dengan benar agar pori-pori tetap terbuka dan berfungsi optimal. Kesalahan kecil saja bisa menyebabkan beton berpori kehilangan daya serap airnya, bahkan lebih cepat rusak. Karena itu, penggunaan tenaga ahli atau kontraktor berpengalaman sangat disarankan, meski berimbas pada biaya yang lebih tinggi.

6. Keterbatasan Aplikasi

Beton berpori tidak bisa digunakan untuk semua jenis konstruksi. Misalnya, pada bangunan bertingkat atau struktur yang membutuhkan daya dukung tinggi, beton ini bukan pilihan tepat. Penggunaan beton berpori lebih terbatas pada area resapan, jalan lingkungan dengan lalu lintas ringan, atau area pejalan kaki. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri karena tidak fleksibel seperti beton konvensional.

7. Biaya Awal Relatif Lebih Mahal

Walaupun pada jangka panjang beton berpori dapat membantu pengelolaan air hujan, biaya awal pembuatannya cenderung lebih mahal. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan material khusus, teknik pengerjaan yang presisi, serta tenaga ahli yang memahami konstruksi beton berpori. Bagi sebagian orang, biaya ini menjadi faktor penghambat untuk menggunakannya.

8. Ketahanan Terhadap Beban Dinamis Kurang Baik

Beton berpori kurang mampu menahan beban dinamis seperti getaran atau benturan. Oleh karena itu, penggunaannya tidak disarankan di lokasi yang sering dilalui kendaraan bermuatan berat atau area industri. Jika dipaksakan, risiko kerusakan dini sangat besar.

9. Warna Mudah Kusam dan Kotor

Selain masalah struktural, beton berpori juga memiliki kelemahan estetika. Karena pori-porinya terbuka, kotoran lebih mudah menempel dan meresap ke dalam permukaan. Akibatnya, warna beton berpori bisa cepat kusam dan sulit dibersihkan dibanding beton padat. Untuk area yang mengutamakan estetika, hal ini bisa menjadi pertimbangan besar.

Kesimpulan

Beton berpori memang menawarkan banyak manfaat, terutama dalam hal pengelolaan air hujan dan ramah lingkungan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sejumlah kekurangan yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakannya.

Beberapa kekurangan utama beton berpori antara lain kekuatan tekan lebih rendah, rentan kerusakan, biaya perawatan lebih tinggi, serta keterbatasan aplikasi. Oleh karena itu, pemilihan beton berpori harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan.

Jika Anda berencana menggunakan beton berpori, pastikan untuk berkonsultasi dengan kontraktor berpengalaman agar hasil akhir sesuai harapan dan mampu bertahan lama. Dengan memahami kekurangan beton berpori sejak awal, Anda bisa lebih bijak dalam menentukan material terbaik untuk proyek konstruksi rumah maupun lingkungan Anda.

support person

Jika Rekan Alit memiliki keluhan dan masukan untuk Manajemen Omahalit, jangan sungkan untuk menghubungi kami.

Better Living for Today and Tomorrow